REALITA DARI TIMUR NUSANTARA

Beberapa masa lampau, Presiden SBY pernah mengklaim kalau pertumbuhan ekonomi naik. Artinya kehidupan bangsa membaik. Benarkah? Untuk sebagian tempat, mungkin iya. Buat beberapa level masyarakat, mungkinbenar. Mereka merasakan perbaikan kehidupan. Tapi, sesekali coba buanglah pandangan ke pesisir timur nusantara. Pulau Papua. Pulau teramat kaya, berkolam minyak, bergunung emas. Namun masyarakatnya masih jauh dari sejahtera. Apalagi untuk masyarakat pedalaman. Masih banyak yang tak terjamah busana. Soal pendidikan, jangan tanya. Tertinggal sekali
Mari kita merenungkan kembali apa arti dari kata membaik disini lewat sebuah film yang menunjukkan realita dari timur nusantara
Film ini berjudul “Di Timur Matahari”

Di Timur Matahari, film yang menyentil. Jangan sampai bangsa ini terlena dengan kemajuan yang dijabarkan dalam data statistik. Disajikan hanya dalam angka-angka, yang sebenarnya mudah sekali dimanipulasi. Terjunlah di lapangan, lihatlah kondisi masyarakat langsung apa adanya. Masih banyak mereka yang butuh perhatian. Tonton dan renungkanlah. Bangsa ini masih perlu banyak berbenah.

 

SINOPSIS
Pagi itu seperti pagi hari biasanya, matahari terbit dari timur menyinari pulau ini. Papua, pulau paling timur dari Indonesia, dimana cahaya matahari selalu meneranginya terlebih dahulu. Namun, tidak bagi Mazmur (Simson Sikoway), Thomas (Abetnego Yigibalom), dan teman-temannya.

Pagi itu merasa masih menunggu kedatangan cahaya itu, cahaya yang akan menerangi mereka dari gelapnya kebodohan. Tapi seperti hari-hari yang telah berlalu, cahaya itu tak kunjung datang…GURU !

Mazmur setiap hari selalu menunggu kedatangan guru pengganti di sebuah lapangan terbang tua, satu-satunya penghubung kampung itu dari kehidupan diluar sana, kampong mereka berada di daerah pegunuyngan tengah Papua, daerah yang cukup sulit untuk dijangkau.

Pagi itu memangadang penuh harap kelangit, semoga hari itu ada pesawat yang datang dan membawa guru pengganti karena sudah 6 bulan tak ada guru yang mengajar, setelah Mazmur melempar pandangannya kepada Bapak Yakob, Mazmur tahu guru tidak juga datang.

Diapun berlari kesekolah dan memberi kabar kepada teman-temannya, Thomas, Yokim (Razz Manoby), Agnes (Maria Resubun), dan Suryani (Friska Waromi) yang dengan setia selalu menunggu kabar itu, “Guru pengganti belum datang, kita menyanyi saja”. Kembali kalimat itu yang keluar dari mulut Mazmur, karena guru tidak pernah datang akhirnya ke lima anak ini mencari pelajaran alam dan lingkungan sekitar. Lewat bapa pendeta Samuel (Lukman Sardi), Ibu dokter Fatimah (Rinrin Ekawati), Om Ucok (Ringgo Agus Rahman), dan Om Jolex (Yullex Sawaki) mereka mendapatkan banyak pengetahuan.

Namun sebuah kejadian mengubah semuanya, Ayah Mazmur terbunuh oleh Joseph. Ayah Agnes dan Paman Yokim serta Suryani. Pertikaian antar kampong tak bisa dihindari. Kabar kematian Blasius Ayah Mazmur sampai kepada Michael (Michael Jakarimilena) Adik dari Blasius yang sejak kecil diambil oleh mama Jawa untuk tinggal dan belajar di Jakarta. Michael sangat terpukul mendengar itu, bersama Vina istrinya (Laura Basuki), dia memutuskan untuk kembali ke Papua dan mencoba menyelesaikan permasalahan ini. Namun, tak segampang yang dipikirnya. Melihat situasi keamanan yang bertambah parah, kelima anak papua ini mencoba untuk masuk ke urusan peperangan, apakah mereka berhasil menyelsaikan konflik besar antar kelompok ini? Akankah guru pengganti utu datang setelah lama dinanti oleh anak-anak papua?